Dalam lanskap media yang terus berkembang, informasi mengalir deras melalui berbagai saluran, membentuk opini publik dan memengaruhi pengambilan keputusan. Di tengah arus informasi ini, terdapat kekuatan tersembunyi yang dikenal sebagai “framing” atau pembingkaian. Framing media adalah proses seleksi dan penonjolan aspek-aspek tertentu dari sebuah isu atau peristiwa untuk membentuk persepsi dan interpretasi publik. Lebih dari sekadar menyampaikan fakta, framing melibatkan pemilihan kata-kata, penggunaan gambar, penekanan pada sudut pandang tertentu, dan bahkan penghilangan informasi yang dianggap tidak relevan.
Politik framing media menjadi semakin relevan dalam era digital saat ini, di mana informasi menyebar dengan cepat dan mudah diakses oleh siapa saja. Partai politik, kelompok kepentingan, aktivis, dan bahkan pemerintah menggunakan framing sebagai alat strategis untuk memengaruhi opini publik, memobilisasi dukungan, dan memajukan agenda mereka. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang politik framing media, bagaimana ia bekerja, dampaknya pada masyarakat, dan implikasinya terhadap demokrasi.
Apa Itu Framing Media?
Framing media dapat didefinisikan sebagai proses seleksi dan penonjolan aspek-aspek tertentu dari sebuah isu atau peristiwa untuk menciptakan interpretasi tertentu di benak audiens. Proses ini melibatkan pemilihan kata-kata, penggunaan gambar, penekanan pada sudut pandang tertentu, dan penghilangan informasi yang dianggap tidak relevan. Framing bukan hanya tentang apa yang diberitakan, tetapi juga tentang bagaimana berita itu disajikan.
Menurut Robert Entman, framing melibatkan empat fungsi utama:
- Mendefinisikan masalah: Menentukan apa yang menjadi isu utama dan mengapa isu tersebut penting.
- Mendiagnosis penyebab: Mengidentifikasi siapa atau apa yang bertanggung jawab atas masalah tersebut.
- Memberikan penilaian moral: Mengevaluasi isu tersebut secara moral, menentukan apakah itu baik atau buruk, benar atau salah.
- Menawarkan solusi: Mengusulkan cara untuk mengatasi masalah tersebut.
Dengan mengontrol bagaimana sebuah isu atau peristiwa dibingkai, media dapat memengaruhi bagaimana publik memahami, mengevaluasi, dan merespons isu tersebut.
Bagaimana Framing Media Bekerja?
Framing media bekerja melalui beberapa mekanisme psikologis dan kognitif. Salah satunya adalah “selective attention” atau perhatian selektif. Manusia memiliki keterbatasan dalam memproses informasi, sehingga mereka cenderung fokus pada informasi yang paling menonjol atau relevan dengan keyakinan dan nilai-nilai mereka. Framing media memanfaatkan kecenderungan ini dengan menyoroti aspek-aspek tertentu dari sebuah isu yang sesuai dengan agenda pihak yang melakukan framing.
Mekanisme lain yang terlibat adalah “priming” atau penyiapan. Priming terjadi ketika paparan terhadap sebuah frame tertentu memengaruhi bagaimana orang mengevaluasi isu-isu terkait di kemudian hari. Misalnya, jika media secara konsisten membingkai imigrasi sebagai ancaman terhadap keamanan nasional, orang mungkin lebih cenderung mendukung kebijakan imigrasi yang ketat, bahkan jika mereka tidak memiliki informasi lain tentang imigrasi.
Framing juga dapat memengaruhi emosi dan sikap. Penggunaan kata-kata yang sarat emosi, seperti “tragedi,” “krisis,” atau “pahlawan,” dapat membangkitkan respons emosional yang kuat pada audiens. Respons emosional ini kemudian dapat memengaruhi bagaimana orang mengevaluasi isu tersebut dan mengambil tindakan.
Jenis-Jenis Framing Media
Ada berbagai jenis framing media yang digunakan oleh media dan aktor politik. Beberapa di antaranya meliputi:
- Issue-Specific Framing: Framing yang berfokus pada isu tertentu, seperti isu lingkungan, ekonomi, atau kesehatan.
- Generic Framing: Framing yang lebih luas dan abstrak, seperti framing moral, framing kepentingan, atau framing konflik.
- Episodic Framing: Framing yang menyajikan isu sebagai peristiwa terisolasi, berfokus pada individu atau kelompok tertentu yang terkena dampak.
- Thematic Framing: Framing yang menempatkan isu dalam konteks yang lebih luas, menyoroti penyebab sistemik dan implikasi sosial yang lebih luas.
Dampak Framing Media pada Masyarakat
Framing media memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat. Beberapa dampak utamanya meliputi:
- Membentuk Opini Publik: Framing media dapat memengaruhi bagaimana orang memahami, mengevaluasi, dan merespons isu-isu publik.
- Memengaruhi Kebijakan Publik: Opini publik yang terbentuk melalui framing media dapat memengaruhi kebijakan publik yang diambil oleh pemerintah.
- Membentuk Identitas Sosial: Framing media dapat memengaruhi bagaimana orang mengidentifikasi diri mereka sendiri dan orang lain, serta bagaimana mereka memahami hubungan sosial.
- Mempengaruhi Partisipasi Politik: Framing media dapat memengaruhi apakah orang terlibat dalam politik, bagaimana mereka terlibat, dan siapa yang mereka dukung.
- Menciptakan Polarisasi: Framing media yang bersifat partisan atau ideologis dapat memperdalam polarisasi politik dan sosial.
Implikasi Framing Media terhadap Demokrasi
Framing media memiliki implikasi yang signifikan terhadap demokrasi. Di satu sisi, framing dapat menjadi alat yang berguna untuk meningkatkan kesadaran publik tentang isu-isu penting dan memobilisasi dukungan untuk perubahan sosial. Di sisi lain, framing juga dapat digunakan untuk memanipulasi opini publik, menyesatkan pemilih, dan merusak proses demokrasi.
Ketika framing digunakan secara tidak etis atau manipulatif, hal itu dapat mengancam prinsip-prinsip dasar demokrasi, seperti kebebasan berpendapat, kesetaraan, dan akuntabilitas. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan literasi media agar dapat mengenali dan mengevaluasi framing yang berbeda, serta membuat keputusan yang berdasarkan informasi yang akurat dan berimbang.
Contoh Politik Framing Media
Ada banyak contoh politik framing media dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa di antaranya meliputi:
- Isu Imigrasi: Media dapat membingkai imigrasi sebagai ancaman terhadap keamanan nasional, persaingan tenaga kerja, atau beban bagi sistem kesejahteraan sosial. Alternatifnya, media juga dapat membingkai imigrasi sebagai sumber keragaman budaya, inovasi ekonomi, atau solusi untuk kekurangan tenaga kerja.
- Isu Perubahan Iklim: Media dapat membingkai perubahan iklim sebagai ancaman eksistensial terhadap planet ini, krisis kesehatan masyarakat, atau peluang untuk inovasi teknologi dan pertumbuhan ekonomi.
- Isu Kesehatan: Media dapat membingkai pandemi sebagai krisis kesehatan masyarakat yang membutuhkan tindakan kolektif, pelanggaran kebebasan individu, atau konspirasi pemerintah.
- Isu Ekonomi: Media dapat membingkai kesenjangan ekonomi sebagai hasil dari kurangnya kerja keras dan tanggung jawab individu, kegagalan sistemik dari kapitalisme, atau konsekuensi dari kebijakan pemerintah yang tidak adil.
Kesimpulan
Politik framing media adalah kekuatan yang kuat yang dapat membentuk persepsi publik, memengaruhi kebijakan, dan memengaruhi proses demokrasi. Dengan memahami bagaimana framing bekerja, kita dapat menjadi konsumen informasi yang lebih cerdas dan berpartisipasi lebih efektif dalam wacana publik. Penting untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, literasi media, dan kesadaran diri agar tidak mudah terpengaruh oleh framing yang manipulatif atau menyesatkan.
Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, kita harus menuntut transparansi dan akuntabilitas dari media, serta mendukung upaya untuk mempromosikan jurnalisme yang independen, berimbang, dan berdasarkan fakta. Dengan melakukan hal ini, kita dapat memastikan bahwa framing media digunakan untuk memberdayakan masyarakat, bukan untuk memanipulasi mereka.









